Susur Pantai 2008

 Palabsky, yang memiliki kepanjangan Pecinta Alam Labschool Kebayoran adalah ekskulku yang menunjang hobiku saat ini yang aku ikuti dari kelas 10. Kegiatan Palabsky yang begitu banyak dan bermanfaat layak diceritakan di sini. Inilah kegiatan susur pantai tahun 2008 ketika aku belum menjabat sebagai pengurus Palabsky. Momen-momen yang indah tercipta dan tak ada di ekskul-ekskul lain, yang membuat esensi Palabsky patut dibanggakan.

HARI PERTAMA (KAMIS, 20 NOVEMBER 2008)
Pada hari pertama kegiatan susur pantai 2008, kegiatan dimulai dari packing barang bawaan, sampai dengan pukul 08.00 WIB. Setelah packing, kami melaksanakan apel keberangkatan di lapangan konblok Labschool Kebayoran, Jakarta. Dengan pembina apel, bapak Anggoro Budi Susilo, M.Si. setelah melaksanakan apel, kami pergi dengan menggunakan tronton untuk menuju lokasi kegiatan susur pantai 2008, di Bayah, Banten. Dengan peserta : Calon Anggota Muda 8 orang, Pengurus Palabsky 8 orang, Pelatih dari WANADRI 3 orang, serta seorang guru pembina Palabsky.
Perjalanan dari Labschool Kebayoran hingga Bayah, atau tempat kami memulai perjalanan, memakan waktu kurang lebih 6 jam, dari pukul 09.00-15.00, dengan dua kali istirahat dan makan siang. Setelah perjalanan dengan mobil tronton selama enam jam, akhirnya kami tiba di Pantai Bayah. Setiba kami di sana, kami melakukan Resection atau pencarian lokasi dengan kompas dan peta. Setelah itu kami melaksanakan apel kedatangan di depan KUA Bayah.
Setelah melaksanakan apel, kami berjalan dengan barang-barang bawaan kami ke camp pertama kami, tidak jauh dari KUA. Setiba kami di sana, kami mulai membagi tugas, ada yang mencari bambu untuk mendirikan bivak, ada yang mendirikan tenda, serta ada yang memasak untuk makan malam kami.
Malamnya, kami melaksanakan solat maghrib-isya terlebih dahulu secara bergilir, karena tempat yang tidak memungkinkan untuk solat berjamaah. Setelah itu, kami makan malam bersama di depan tenda, dilanjutkan dengan ganti baju, dan bersih diri. Setelah makan malam dan bersih diri, kami mendapatkan materi di depan api unggun pada pukul 20.30. Materi malam itu berisikan pendalaman teknik navigasi, seperti teknik resection, dsb. Materi berakhir pada pukul 21.00. setelah itu kami kembali ke tenda dan bivak masing-masing, untuk istirahat malam, atau tidur. Kami tidur cepat malam itu, karena kami membutuhkan tenaga lebih untuk melaksanakan kegiatan esok hari. Dengan demikian berakhirlah seluruh kegiatan di hari pertama, Kamis, 20 November 2008.

HARI KEDUA (JUMAT, 21 NOVEMBER 2008)
Pagi yang mendebarkan dimulai pada pukul 05:30 pagi. Sebagian dari kami, terutama yang laki-laki, membereskan tenda dan bivak, sementara yang perempuan memasak untuk sarapan dan makan siang dengan menu andalan kami, nasi putih dengan kornet, sarden dan abon. Setelah makan, kami mulai packing dan berbaris di pinggir pantai untuk melakukan apel. Setelah apel usai, kami memulai perjalanan kami menyusuri pantai.
Segala medan kami lalui, dari pasir hingga jalan raya. Hujan pun menyapa kami selama di perjalanan hingga akhirnya kami sampai di tempat peristirahatan pertama. Kami langsung istirahat, membuka bekal makan siang kami dan langsung makan. Ada pula yang bergantian menunggu giliran shalat. Setelah kira-kira 2 jam beristirahat, kami melanjutkan perjalanan kembali.
Setelah sekian lama berjalan, kami baru sadar bahwa jalan di pantai dengan membawa beban yang berat itu sangat melelahkan apalagi dengan jalan yang terkadang menanjak dan berkarang tajam. Akhirnya kami sampai juga di tempat bermalam.
Ditemani dengan rintik hujan, kami menyiapkan tenda, bivak dan makan malam. Bala bantuan yang kami tunggu, Emir dan Fira, akhirnya datang dan membantu kami semua. Akhirnya kami makan malam dan hari kedua ditutup oleh briefing dari para pelatih dan pengurus serta push up.

HARI KETIGA (SABTU, 22 NOVEMBER 2008)
Malam yang melelahkan setelah memakan nasi keras berpasir, dan setelah peristirahatan yang panjang, kami bangun pagi sekitar jam 05:30 dan memulai kegiatan kembali.
Sebagian dari kami, terutama yang laki-laki membereskan tenda dan bivak. Sedangkan yang perempuan memasak makanan yang ada. Pagi yang melelahkan setelah melakukan setengah perjalanan disambut dengan kornet, sarden dan beberapa buah yang belum matang betul dan nasi yang enak. Setelah makan kami packing dan berbaris di pinggir pantai. Setelah apel, kami kembali melanjutkan perjalanan sampai ke finish.
Dari mulai pasir, karang sampai jalan raya kembali kami hadapi. Terlebih lagi jalan raya yang kebanyakan menanjak. Berbekal air sumur, kami melewati perjalanan sambil sedikit-sedikit beristirahat di dekat jembatan. Lama kami berjalan. Melakukan orientasi peta di beberapa tempat, tapi tak sampai-sampai. Kami sempat berhenti untuk berfoto bersama. Kami juga menyebrangi sungai dengan menggunakan carrier sebagai pelampung, makan siang dan akhirnya, di orientasi peta yang terakhir, kami sampai di finish! Meskipun kami sempat bingung dengan kakak-kakak pengurus yang membuat garis finish baru sebagai formalitas. Bersama-sama kami melangkahkan kaki menginjak garis finish.
Lelah sekali rasanya. Kami melepas sepatu dan kaus kaki. Bersama dengan turunnya hujan, kami mulai bertindak brutal. Niat buruk kami terlaksana dengan Kak Garini sebagai target pertama. Kami menarik Kak Garini yang akhirnya dengan susah payah, kami berhasil menceburkannya ke laut. Puas rasanya. Begitu juga dengan Kak Dinda yang berulang tahun. Berikutnya Pak Afdar yang juga sukses dikerjain. Lalu Kak David yang dengan segala pertahanannya akhirnya dapat dipatahkan dan diceburkan juga. Bahkan Kak Almo, Kak Dinda, Pak Afdar dan Mitra sempat dikubur dengan pasir.
Kami melepas segala beban yang ada. Sampai waktu kami berakhir dan segera mencari tempat untuk bersih-bersih dan sebagainya.
Tenda dan bivak sudah selesai dibangun. Kayu bakar sudah banyak didapat. Ikan siap dibakar. Hari pun mulai gelap. Kami mandi dengan menimba air di sumur dan kamar mandi yang tanpa penerangan dengan nasting sebagai gayung. Rasanya ingin cepat-cepat istirahat, tapi ternyata kami harus menyambut tamu yaitu Pak Lurah dan jajarannya. Meskipun ngantuk, kami tetap berusaha mendengarkan dan antusias bertanya, walaupun banyak yang kepergok tidur (Pak Afdar salah satunya).
Pak Lurah dan jajarannya memberi tahu kami tentang seluk beluk desa Sawarna, mulai dari mitos hingga data penduduknya.
Desa Wisata Sawarna yang terletak di kampung Gendol, kecamatan Bayah,
kabupaten Lebak. Desa Sawarna memiliki kepala desa yang bernama Asep Moch Erwin.
Desa Sawarna adalah desa seluas 3200 hektar yang dulunya merupakan desa para romusha yang membangun jalan. Desa sawarna berada di selatan pulai jawa tepatnya di kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. Penduduk desa Sawarna berjumlah +/- 5000 KK. Lebak. Di samping memiliki pemandangan alam yanga indah, di sawarna juga terdapat beberapa kerajinan masyarakat dan penghasil batu bara hasil dari tambang batubara yang di kelola secara tradisional.. beberapa kerajinan yang diproduksi penduduk sawarna adalah gitar, perahu,dan kerajinan kayu. Gitar produksi desa sawarna memang berkualitas dan terjangkau. Perahu buatan penduduk desa sawarna juga cukup baik karena tidak memakai mesin dalam pembuatannya. Perahu dan beserta mesinnya dijual seharga sekitar 2.5 juta per perahu Bahkan 90% kerajinan kayu yang dijual di Yogyakarta adalah hasil dari kerajinan dari desa sawarna. Selain itu sawarna adalah penghasil kelapa terbaik di Indonesia.
Luas lahan di Desa sawarna yang digunakan untuk kegiatan produksi pertanian (sawah, tegal, dan kebun campur) meliputi hampir 400 juta meter persegi atau mencakup sekitar 79 persen dari seluruh wilayah abupaten ini. Potensi persawahan berjumlah sekitar 16.500 Ha, terdiri dari irigasi teknis sekuas 1.200 Ha lebih, irigasi setengah teknis sekitar 12.500 Ha, irigasi sederhana lebih dari 580 Ha, irigasi desa/non PU seluas 2.100 Ha lebih.
Komoditas pertanian yang dominan di Sawarna adalah tanaman pangan dan holtikultura, dengan produksi petahun padi mencapai sekitar 157 ribu ton, jagung sebanyak 23 ribu ton, ubi kayu sejumlah 30 ribu ton, kedelai sebanyak 8 ribu ton, bawang merah sejumlah 167 ribu ton, cabai sekitar 72 ribu ton. Sedangkan hasil buah-buahan meliputi: mangga sebanyak 41 ribu kuintal setahun dan pisang juga sekitar 21 ribu kuintal.
Mayoritas penduduk sawarna adalah muslim walaupun terkadang mereka masih menjalankan ritual-ritual adat yang memang merupakan salah satu tradisi daerah tersebut. Mungkin karena itu, jumlah pencurian di desa sawarna terbilang sedikit. Hal ini disebabkan karena adanya sikap saling tolong menolong bagi warga yang sedang kesusaha dan karena adanya kebisaan jujur dan bermusyawarah. Sehingga bila ada warga yang mungkin membutuhkan pohon, warga dapt meminta izin kepadas kepala desa untuk meminta pohon tersebut.
Tapak Sikabayan dan makam orang Belanda yang bernama Jean Louis Van Gought yang konon katanya orang pertama yang membuka lahan di Sawarna dengan membuka lahan perkebunan kelapa Hindia - Belanda pada tahun 1907.
Pulau Manuk disebut demikian karena di sana banyak burung-burung yang bersarang.
Menurut sejarahnya, pada zaman kolonial Belanda, Desa Sawarna merupakan sentra perkebunan kelapa untuk diolah menjadi kopra dan minyak kelapa. onon, Jean Louis Van Gought adalah orang Belanda pertama yang membuka perkebunan kelapa di sana pada sekitar tahun 1907 M. Sampai sekarang pun desa ini masih terkenal sebagai sentra penghasil kelapa di kabupaten Lebak.. Kelapa dari desa ini banyak dikirim ke Jakarta, Bandung, Bogor, dan kota-kota lainnya.
Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, Desa Sawarna dijadikan lokasi penambangan emas. Sebagai buktinya, di desa nan permai ini masih terdapat lobang-lobang bekas penggalian emas. Oleh sebab itu, masuk akal kiranya bila desa yang berada di ujung selatan Provinsi Banten tersebut dinamakan Desa Sawarna yang berasal dari akar kata suarna yang artinya emas.
Dewasa ini, desa yang terletak di sebelah barat Pantai Pelabuhan Ratu, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini terkenal sebagai desa wisata yang mempunyai berbagai destinasi wisata, seperti pantai, sungai, hutan, panjat tebing, gua, dan agrowisata yang ramai dikunjungi oleh turis domestik dan mancanegara pada akhir pekan dan hari-hari libur lainnya. Melihat potensi wisata yang sedemikian rupa, sejak tahun 2000 Desa Sawarna menjadi desa binaan Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi Banten. Dan, pada tahun 2004, pemerintah Provinsi Banten meresmikannya sebagai desa wisata.
Desa Sawarna dijuluki sebagai “desa seribu gua”. Gua Lalay dan Gua Lauk merupakan dua gua yang populer dan sering dikunjungi oleh para wisatawan. Gua Lalay merupakan gua batu gamping (karst) yang memiliki stalagmit (susunan batu kapur berbentuk kerucut berdiri tegak di lantai gua) dan stalaktit (batangan kapur yang terdapat pada langit-langit gua dengan ujung yang meruncing ke bawah) memesona yang terbentuk akibat tetesan air dalam kurun waktu yang lama. Bagian dasar gua adalah sungai bawah tanah yang berlumpur dengan ketebalan antara 10 sampai 15 sentimeter. Gua yang panjangnya diperkirakan mencapai 100 meter ini dinamakan Gua Lalay karena di langit-langit gua terdapat banyak kelelawar, yang dalam bahasa Sunda disebut lalay. Sedangkan di Gua Lauk, wisatawan akan terkesan dengan lorong-lorong gua yang lumayan lebar dan rancak. Untuk menikmati pesona stalagmit dan stalaktitnya, wisatawan harus melintasi sungai di dalam gua yang kedalaman airnya sepinggang orang dewasa. konon, dahulu di dalam gua ini terdapat banyak ikan, sehingga penduduk setempat kemudian menamakannya Gua Lauk.
Selain untuk tujuan rekreasi, gua-gua yang terdapat di Desa Sawarna juga ramai didatangi oleh para pemburu harta karun dari berbagai daerah di Indonesia. Di dalam gua-gua tersebut masih ditemukan sisa-sisa peralatan yang digunakan oleh tentara Jepang, seperti rongsokan mobil jeep, sepeda, selongsong peluru dan mortir, peralatan memasak, dan bahkan emas.
Setelah puas menikmati pesona gua, para turis dapat menikmati panorama pantai yang memesona. Tercatat, Pantai Ciantir dan Pantai Tanjung Layar sebagai pantai yang banyak dikunjungi wisatawan.
Pantai Ciantir, atau yang juga populer dengan nama Pantai Sawarna, merupakan sebuah pantai yang kondang dengan hamparan pasir putihnya. Pasir pantainya yang padat dan kering, serta panjangnya yang mencapai tiga kilometer, dapat mengakomodir keinginan wisatawan untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti berjemur, sepak bola pantai, dan voli pantai. Pantai perawan yang terletak di sebelah selatan desa wisata ini juga menjadi tempat favorit wisatawan menanti detik-detik menjelang terbenamnya matahari (sunset). Sedangkan ombak lautnya yang bergulung-gulung, layaknya ombak laut selatan pada umumnya, tepat sekali dipilih wisatawan yang ingin memacu andrenalin atau menyalurkan hobi berselancar. Biasanya, peselancar dari dalam dan luar negeri berdatangan ke tempat ini pada rentang waktu April—September setiap tahunnya. Berjalan dari pantai Pulau Manuk terus menyusur ke timur memasuki hutan suaka alam yang penuh dengan kekayaan flora dan faunanya seperti lutung, berbagai jenis burung dan terkadang masih di jumpai macan, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisata petualangan.
Desa Sawarna memiliki beberapa prestasi, khususnya dalam bidang perselancaran. Beberapa penduduk sudah mengikuti lomba berselancar dan meraih juara satu di lingkup nasional, mengalahkan bali beberapa kali, bahkan di lingkup internasional. Penduduk di sana banyak yang sudah mahir dan bersedia mengajari wisatawan yang berminat belajar berselancar.
Desa Sawarna sekarang merupakan salah satu desa dari 50 desa yang mendapatkan subsidi langsung untuk membangun wilayahnya. Hal ini terjadi karena pemerintah melihat adanya potensi akan keindahan alam di desa sawarna. Setiap harinya juga pasti ada wisatawan lokal maupun luar yang mengunjungi desa sawarna. Hal ini terjadi karena ombak di pantai sawarna sangat bagus untuk berselancar. Ombak di pantai sawarna bisa mencapai panjangnya 15 m terus tingginya pernah 4.5 m. di desa sawarna, setiap pengunjung tidak akan menemukan hotel berbintang karena penduduk beranggapan potensi alam mereka harusnya dapat memberikan keuntungan untuk mereka sendiri dan bukan untuk pengelola hotel. Karena itu, para pengunjung yang datang dapat menginap di rumah penduduk/villa dan disediakan makanan.
Di Desa Sawarna terdapat sebuah bandar udara (bandara) perintis yang dapat dipakai oleh wisatawan yang menggunakan pesawat carteran berukuran kecil. Selain itu, di desa wisata ini juga terdapat villa dan homestay, sehingga dapat digunakan untuk menginap. Bagi pelancong yang ingin menyatu dengan alam, dapat berkemah di berbagai lokasi di desa wisata ini, seperti di tepi hutan, di tepi sawah, di tepi pantai, dan lain sebagainya. Berbagai fasilitas lainnya, seperti pemandu wisata (guide), gazebo, shelter, warung, serta pusat oleh-oleh dan cenderamata, juga tersedia di sana.
Ikan bakar dan sirup disantap juga. Sampai waktu tidur datang dan kami terlelap dengan perut kenyang dan senyum senang.
HARI KEEMPAT (MINGGU, 23 NOVEMBER 2008)
Hari keempat adalah hari terakhir dari kegiatan susur pantai. Hari itu dimulai dengan ibadah subuh. Setelah itu dilanjutkan dengan sarapan. Menu sarapan pagi itu adalah nasi, kornet dan abon. Lalu kami bersiap-siap untuk pulang. Kami membereskan tenda dan bivak, lalu melakukan packing barang. Sesudah melakukan packing, ada waktu luang sekitar dua jam. Waktu itu dimanfaatkan oleh kami untuk bermain-main di pantai. Beberapa dari kami mencari kerang untuk oleh-oleh, ada yang bermain di laut, dan ada yang hanya tidur-tiduran. Kami juga melihat nelayan yang baru sampai setelah menangkap ikan.
Setelah lewat 2 jam, kami membawa carrier kami untuk pulang. Jarak pantai dari jalan raya cukup jauh. Pada jalan kesana, kami melewati rumah rumah penduduk. Mereka mengucapkan selamat jalan kepada kami. Sesampainya di jalan raya, kami menunggu tronton kami tiba. Kira-kira kami menunggu tronton selama 15 menit. Setelah tiba, kamipun pulang. Perjalanan pulang ke Jakarta kira-kira 5 jam. Dalam waktu itu, sebagian besar dari kami tidur. Tronton berhenti hanya sekali, yaitu di pom bensin. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan pulang tanpa behenti lagi. Setibanya di Labschool, kami melaksanakan apel penutupan sambil memakai carrier. Dan apel tersebut menandai berakhirnya kegiatan susur pantai 2008.

0 komentar:

Posting Komentar